cetak pada kain [1]


Cetak Sablon pada kaos mungkin sudah diakrabi oleh teman-teman semua, namun bagaimana halnya dengan cetak di atas kain yang bukan cetak sablon sederhana? Pada prinsipnya, proses pencetakan motif di atas kain dalam skala industri, memiliki kesamaan dengan proses pencetakan pada kertas. Tiap warna memiliki tabungnya sendiri-sendiri. yang menjadi perbedaan besar adalah materialnya yang sangat mempengaruhi proses pencetakan, dan tindakan finishing.

Mari sebelumnya, kita kenali materialnya terlebih dahulu. Proses pembuatan kain, dimulai sejak pada tahap bahan mentah masih menjadi fiber (bahan mentah benang) yang kemudian diproses sedemikan rupa sehingga menghasilkan benang yang cocok untuk tipe kain yang diinginkan. Sifat benang inilah yang berperan sangat besar dalam proses penyerapan warna ketika pencetakan nantinya. Selain hal tersebut, kombinasi antara jenis benang dan pola tenun yang akan membentuk permukaan tiga dimensi kain juga mempengaruhi proses pencetakan.

Mengenai metode pencetakannya sendiri, secara garis besar terbagi menjadi dua yaitu metode yang didasarkan pada penggunaan bahan kimia (pewarna) dan teknis pencetakan.

Pencetakan motif berdasarkan bahan kimia (pewarna) dapat terbagi menjadi tiga yaitu:

1. Direct Printing

Pola / motif yang diinginkan dapat langsung dicetak di atas kain polos (baik masih putih atau sudah dicelup warna). Ini adalah metode yang paling lazim digunakan karena kemudahannya dan pertimbangan biaya produksi.

2. Discharge Printing

Cara lain untuk mencetak motif pada kain adalah menggunangan teknik discharge printing. Mula-mula, kain dicelup pada warna, kemudian bahan kimia yang dapat menghilangkan / merubah warna dicetakkan di atas kain, sehingga setelah kain dicuci didapatlah pada area yang dicetak tersebut muncul motif baru. Biasanya, discharge printing digunakan untuk mendapat warna terang.

Logika sederhana, sebuah kain yang telah berwarna, dilukis dengan pemutih sehingga warna lama pudar dan mendapat warna baru.

3. Resist Printing

Pada resist printing sebuah kain diberikan bahan kimia tertentu sesuai dengan motif yang diinginkan, fungsinya untuk menghalangi penyerapan warna pada kain, kemudian kain dicelup. Setelah melalui proses pencucian, pasta yang menutupi kain hilang maka didapatlah kain bermotif.

Logika sederhana, ini seperti yang kita lakukan pada saat membatik. Lilin digunakan sebagai resistant warna, sehingga ketika dicelup, area yang diberi lilin tidak menyerap warna.

Sementara itu, jika dilihat dari metodenya, teknik pencetakan dapat dibedakan sebagai berikut:

1. Block Printing

Ini adalah metode yang kuno dan kurang efektif secara biaya dan waktu pengerjaan. Untuk membuat Block Printing, desain motif dipahat terlebih dahulu pada kayu atau metal, kemudian pewarna disapukan di permukaan block kemudian diaplikasikan di atas kain.

Block Printing ini masih dapat kita jumpai pada pembuatan batik cap.

2. Roller Printing

Adalah metode pencetakan menggunakan rol metal yang telah dipahat. Secara sederhana, Roller Printing adalah versi masinal dari Block Printing.

3. Duplex Printing

Adalah metode untuk mencetak kain pada kedua sisinya. Selembar kain dapat dicetak melalui dua mesin roller dalam dua kali pengoperasian atau pada satu mesin duplex (ada dua roller dalam satu mesin) dalam satu kali pengoperasian.

4. Stencil Printing

Stencil Printing, berasal dari Jepang. Metode ini cukup rumit dengan patrun stencil yang secara manual dicetak di atas kain. Biasanya hanya diaplikasikan pada kain lebar pendek untuk desain yang hanya memiliki satu warna.

5. Screen Printing

Awalnya, teknik ini juga disebut Silk-Screen Printing, karena screen yang digunakan terbuat dari serat sutra yang kuat. Pada masa kini, screen terbuat dari nylon, polyester, vinyon dan metal.

Screen Printing dapat terbagi lagi menjadi dua, yaitu:

5a. Flat Screen Printing

Teknik ini awalnya dikerjakan secara manual, seperti yang kini masih dilakukan pada proses sablon-sablon kaos di industri kecil. Tiap screen digunakan untuk satu warna.

Pada pengerjaan industrial, mesin flat screen yang moderen dapat mencetak desain yang memiliki 20 warna. Namun rata-rata mesin produksi yang terdapat di Indonesia, maksimal dapat mencetak 12 warna saja.

Keuntungan dari teknik ini adalah warna yang dihasilkan lebih terang, motif kecil dapat direproduksi dengan baik, dan pola desain lebih besar.

5b. Rotary Screen Printing

Adalah mesin dengan screen silinder yang diciptakan di Holland. Sama hal-nya dengan Flat Screen, satu rol silencer pada mesin rotary dipergunakan untuk satu warna.

Rotary Screen biasanya bagus untuk mencetak motif desain yang tidak terputus dan geometris. Namun kurang memiliki ketajaman untuk motif-motif kecil.

gambar: mesin Flat Screen printing

6. Transfer Printing

Sesuai dengan namanya, teknik ini mentransfer motif dari satu permukaan ke permukaan lain.

Transfer printing yang banyak dikenal adalah, emblem yang disetrika ke atas permukaan kain untuk menempelkan motifnya. Yang mana, motif pada emblem tersebut dibuat dari pigment yang dibungkus oleh paraffin atau thermoplastic yang ketika dipanaskan akan meleleh dan menempel pada permukaan kain. Pigment transfer ini kurang memuaskan hasilnya karena kain menjadi kaku dan mudah luntur ketika dicuci.

Cara yang lebih efektif dari transfer printing adalah mentransfer desain dari kertas ke kain dengan cara penguapan. Prinsip dasar dari teknik ini adalah Dry Heat Transfer dan Wet Heat Transfer.

7. Blotch Printing

Adalah Direct Printing yang mengaplikasikan motif background dan desain dalam satu kali pencetakan.

8. TAK Dyeing

TAK adalah akronim untuk mesin yang diciptakan dari hasil kerjasama produsen rug (karpet) di Jerman, yang bernama, ‘Textil Ausrustungs Gessellschaft’ dan sebuah supplier mesin ‘Edward Kuesters’.

Meskipun awalnya mesin ini hanya digunakan untuk membuat motif dengan cara mewarnai karpet secara acak, mesin ini juga dapat digunakan untuk jenis-jenis kain lainnya seperti Terry Cloth, Velvet dan kain-kain untuk kebutuhan upholstery (furnishing).

9. Jet Spray Printing

Teknik ini memanfaatkan nozzles (ulir berlubang pada ujung selang tabung warna) untuk mencetak motif. Ada dua teknik yang termasuk dalam Jet Spray Printing, yaitu:

9a. Polychromatic Dyeing

Sesuai dengan namanya, Polychromatic dyeing adalah mencelupkan kain ke dalam beberapa warna sekaligus, pencelupan di sini, tidak berarti harfiah benar-benar mencelup, namun lebih tepatnya mewarnai kain. Meskipun tidak melibatkan mesin cetak sama sekali, hasil dari Polychromatic Dyeing ini sama dengan mencetak motif dengan mesin.

Metode ini dipatenkan oleh ‘ICI Dyestuff Div.’ yang mengaplikasikan beberapan pencelupan dalam satu mesin dan satu kali pengoperasian. Mesin ini akan menghasilkan motif splash yang acak, motif tie dye atau motif abstrak beberapa warna.

Warna-warna ini diaplikasikan dengan mengontrol pewarna cair yang disemprotkan melalui nozzles yang dipasang pada sebuah bar. Kain yang akan diwarnai sesuai dengan motif dilewatkan secara horizontal di bawahnya.

9b. Microjet Printing

Pada awalnya diciptakan untuk pencetakan motif di atas bahan karpet, meskipun demikian dapat juga digunakan untuk kain-kain dengan material tebal. Esensi dasar dari teknik ini adalah menggunakan jets (semprotan) yang sangat halus dalam satu bar, yang akan menyemprotkan warna sesuai dengan motif yang diprogramkan, ke atas kain yang dilewatkan di bawah bar. Banyaknya warna tergantung merek mesin.

10. Electrostatic Printing

Merupakan pengembangan yang dipatenkan oleh sebuah perusahaan Swiss ‘Herbelain & Co.’, yaitu proses dari mencampur serbuk pewarna dengan bahan yang mempunyai sifat elektrostatis tinggi. Serbuk itu kemudian disebar atas screen yang telah memuat motif. Kemudian kain yang telah dimuati elektrostatis tinggi dilewatkan bawah screen tersebut. Kain akan menarik serbuk pewarna sesuai dengan motif screen, kemudian serbuk-serbuk ini akan difiksasi dengan pemanasan infra merah.

11. Photo Printing

Dalam Photo Printing, kain dilapisi dengan bahan kimia yang sensitif terhadap cahaya, kemudian gambar dicetak di atas medium tersebut seperti pencetakan kertas. Keuntungan teknik ini adalah gambar dengan detil yang cukup rumit pun dapat direproduksi dengan baik.

12. Differential Printing

Teknik ini diciptakan dan dipatenkan oleh ‘The Du Pont Co., Ltd’ dari Inggris, dengan memanfaatkan perbedaan sifat penyerapan pada benang yang telah dimodifikasi. Sehingga ketika benang yang sudah menjadi material kain tersebut diwarnai atau dicetak, dapat menghasilkan warna yang berbeda dan membentuk motif yang abstrak.

13. Warp Printing

Adalah Roller Printing yang diaplikasikan pada benang pakan sebelum proses penenunan. Diperlukan kehati-hatian yang sangat tinggi untuk proses ini, agar benang pakan tetap pada susunannya.

14. Batik Dyeing

Seperti yang telah disampaikan terdahulu, pada proses Batik, diaplikasikan metode kimiawi yaitu Resist Printing, yang mana motif digambar dengan menggunakan lilin di atas kain. Kemudian kain dicelupkan ke dalam warna, bagian yang telah diberi lilin tersebut menghalangi warna diserap oleh kain, dan setelah dicuci dengan air panas, lilin yang melapisinya luruh dan terciptalah motif.

Batik dikenal di wilayah Asia, seperti India, Jepang, wilayah Semenanjung Melayu dan Indonesia sejak berabad-abad yang lalu. Namun istilah Batik diambil dari pulau Jawa – Indonesia.

Ada 2 teknik dalam membatik yaitu:

14a. Motif digambar secara manual menggunakan canting untuk mengaplikasikan lilin ke atas material kain. Metode inilah yang kemudian diakui oleh UNESCO sebagai warisan budaya dunia asli Indonesia.

14b. Lilin diaplikasikan ke atas material kain dengan menggunakan metal, lazim disebut sebagai batik cap.

Lanjutan dari metode teknik pencetakan pada kain:

15. Tie Dyeing

Pada Tie Dyeing, kain diikat pada bagian yang diharapkan untuk menjadi motif, pengikatan ini bertujuan untuk menghalangi warna. Dalam industri skala lebih besar, motif yang dihasilkan oleh teknik ini dapat direproduksi dengan baik dengan teknik Roller Printing.

16. Ikat Dyeing

Ini adalah pembuatan motif secara celup yang banyak ditemukan di wilayah Asia seperti India, Indonesia dan Jepang, di Jepang teknik ini disebut Kasuri.

Ikat Dyeing dibuat dengan cara mengikat benang sebelum ditenun, pengikatan ini dilakukan pada benang pakan atau lusi atau bahkan keduanya. Setelah selesai ditenun, kain kemudian dicelup ke dalam pewarna, bagian benang yang diikat tadi, tidak menyerap warna, sehingga ketika ikatan dibuka, akan tercipta motif.

Teknik ini memiliki tingkat kesulitan yang cukup tinggi karena diperlukan ketelitian dan keterampilan dalam mengikat benang kemudian mengkombinasikannya ke dalam tenunan.

17. Plangi Dyeing

Pada dasarnya teknik pada Plangi Dyeing tak jauh berbeda dari teknik Tie Dyeing. Hanya saja pada Plangi Dyeing pengikatan kain dilakukan dengan menjahitnya secara jarang-jarang kemudian menarik benangnya, hingga terbentuk ikatan sesuai dengan motif yang diinginkan.

18. Airbrush (Spray) Printing

Desain dipolakan secara manual di atas kain kemudian diselesaikan pengerjaannya dengan mengaplikasikan warna menggunakan mesin airbrush.

revolusi dimulai (sejarah cetak-mencetak 1)

Mesin cetak digunakan untuk membuat banyak salinan halaman yang identik. Kini digunakan untuk mencetak buku dan surat kabar. Kini segalanya dilakukan secara otomatis. Saat mesin cetak ditemukan oleh Johannes Gutenberg, ia harus meletakkan huruf bersama-sama. Tiap huruf ada di balok logam dalam sebuah bingkai. Lalu ia bisa memindahkan kertas dan tinta di atasnya, mirip seperti perangko. Huruf itu akan meninggalkan beberapa tinta di kertas itu.

SEJARAH

Bentuk pencetakan yang sangat sederhana dapat ditemukan di Cina dan Korea sekitar tahun 175 AD. Tampilan yang terbalik di atas kayu, dan kemudian perunggu telah dibuat di tahun ini. Alat ini kemudian dibubuhi tinta kemudian ditempatkan di atas secarik kertas dan digosok dengan lembut menggunakan sebuah tongkat bambu.

Terobosan besar datang sekitar tahun 1440 oleh Johannes Gutenberg dari kota Mainz, Jerman. Gutenberg menciptakan sebuah metode pengecoran potongan-potongan huruf di atas campuran logam yang terbuat dari timah. Potongan-potongan ini dapat ditekankan ke atas halaman berteks untuk percetakan. Metode penemuan pencetakan oleh Gutenberg secara keseluruhan bergantung kepada beberapa elemennya diatas penggabungan beberapa teknologi dari Asia Timur seperti kertas, pencetakan dari balok kayu dan mungkin pencetakan yang dapat dipindahkan, ciptaan Bi Shen, ditambah dengan permintaan yang meningkat dari masyarakat Eropa untuk pengurangan harga buku-buku yang terbuat dari kertas. Metode pengetikan ini bertahan selama sekitar 500 tahun.

Pada tahun 1424, perpustakaan Universitas Cambridge hanya memiliki 122 buku masing-masing mempunyai nilai setara dengan sebuah pertanian atau kebun anggur. Permintaan untuk buku-buku ini didorong dengan naiknya tingkat melek huruf di antara orang-orang kelas menengah dan mahasiswa di Eropa Barat. Pada saat itu, Renaissance masih dalam awal perkembangannya dan masyarakat lambat laun menghilangkan kemonopolian pendeta atas tingkat melek huruf.

Pada saat pencetakan dari balok kayu tiba di Eropa kira-kira pada saat yang bersamaan dengan tibanya kertas, metode ini tidak secocok metode yang digunakan di Timur untuk komunikasi sastra. Pencetakan blok lebih serasi untuk penulisan Cina karena posisi hurufnya tidak kritis, tetapi keberadaan lebih dari 5.000 huruf dasar membuat teknologi orang peran dasar membuat teknologi cetakan Cina yang dapat berpindah-pindah menjadi tidak efisien dan secara ekonomi tidak praktis, dalam istilah keuntungan untuk penerbit buku Cina Kuno. Hal ini berbeda dengan abjad bahasa Latin, kebutuhan akan penjajaran barisan yang tepat dan sebuah karakter yang sederhana menempatkan cetakan yang dapat dipindah-pindahkan sebagai kemajuan luar biasa untuk masyarakat Barat.

Penggunaan mesin cetak merupakan sebuah kunci perbedaan teknologi yang memberikan penemu Eropa keuntungan atas rekanan mereka yang berasal dari Cina, yaitu mesin cetak yang berbasis sekrup yang digunakan dalam produksi anggur dan minyak zaitun. Hal ini merupakan kecanggihan mesin kira-kira di tahun 1000, alat yang digunakan untuk mengaplikasikan tekanan di atas bidang yang datar merupakan alat yang biasa digunakan di Eropa.

KAIN KAIN_KU

IKAT SUMBA


Kain ikat dari sumba terkenal dengan keunikan warnanya dan juga teknik pengolahan yang cukup kompleks. Untuk membuat satu lembar kain hingga jadi, tidak bisa dikerjakan dalam 1-2 hari, tapi bisa mencapai 3-6 bulan bahkan 1 tahun tergantung dari warna, besar kain dan bahkan kualitas kain yang akan dibuat.

Pewarnaan dari kain ini pun menggunakan bahan-bahan alami. Untuk mendapatkan satu warna yang cocok, prosesnya harus dilakukan berulang-ulang. Kain diikat dan kemudian dicelupkan ke warna yang berasal dari akar-akaran dan tumbuh-tumbuhan. Ini dilakukan berulang-ulang hingga warna yang diinginkan telah didapat.

Setelah itu barulah dilakukan proses tenun. Untuk menenun, pengrajin menggunakan ATBM (Alat tenun bukan mesin).

Dengan proses pembuatan yang lama dan keindahannya yang alamilah, harga dari kain ikat sumba ini cenderung tinggi. Salah satu warisan kebudayaan Indonesia yang tak ternilai harganya.


tanpa menurun kan derajat kain ikat sumba itu sendiri,beberapa karya yang aku buat dalam bentuk lembaran kain satin silk.di tampilkan kembali dengan proses digital print.motif motif_nya yang didesain ulang membutuhkan penafsiran yang dalam agar makna dari kain kain kuno tersebut tetap bisa terlihat dengan tampilan yang lebih kini.


Ikat sumba Brown on Silk
DIGITAL PRINT
large : 250cm/110cm
price: Rp.1.250.000,-




Satu lagi koleksi yang cantik dan sangat etnik yang inspirasinya diambil dari Sumba Timur, Indonesia.
Motif dalam kain satin silk ini dinamakan Kaliuda, yang tipikalnya adalah dibuat dalam model strip hitam kecoklatan dan orange.







Kaliuda orange
DIGITAL PRINT
Large: 250cm/110cm
Price: Rp.1.250.000

Sehelai kain adalah sesuatu yang mempunyai ekspresi pada setiap helai_nya yang dapat di rasakan melaui texture ,warna ataupun motifnya.bagai sebuah karya seni,sehelai kain pun banyak mempunyai makna dan arti.
misalnya kain tradisional indonesia yang sangat beragam,tersebar di pelosok tanah air yang jumlah nya mencapai ratusan bahkan ribuan jenis dengan keunikan nya yang berbeda beda.

Ini menjadikan ku sebuah harapan besar untuk menciptakan sehelai kain yang mempunyai nilai histori tetapi dengan teknik pengerjaan modern.
Semakin sulitnya mendapatkan kain kain etnik yang mempunyai nilai seni tinggi dikarnakan prosesnya yg memerlukan waktu yang sangat lama,akhirnya terpikir bahwa untuk melestarikan_nya ada satu cara yang menurutku kita bisa melakukanya dengan cara lain yaitu 'creative Fabric'

Creative Fabric adalah sebuah terobosan baru utuk menciptakan sehelai kain yang biasanya bisa dihasilkan dengan banyak cara salah satunya adalah digital printing.
Digital printing pada permukaan tekstil adalah sebuah konsep yang relatif baru untuk memasuki industri percetakan. Dengan munculnya teknologi digital, termasuk print digital pada permukaan tekstil telah menjadi cara populer untuk menghemat waktu dan biaya dalam industri percetakan.
Dengan berkarya mencitakan motif motif baru yang ter_inspirasi dari motif etnik tanah air aku berharap karya karya yang nanti nya di hasilkan bisa menambah aspirasi lebih besar lagi bagi pelestarian kain kain tradioanal indonesia.

Alexander Mc Queen
















roberto cavalli

Animal print on silk is CAVALLI!!!!
























Tau kah?
CAVALLI on silk




Satin silk 100%
Large 250cm/110cm
Digital print
Rp.1.500.000,-




Wednesday, March 23, 2011

dolce gabbana







Classic art, printed on all-silk chiffon, by Dolce & Gabbana.

missoni/summer 2011




Colorful mix of fabrics in a Missoni summer dress for 2011.



















Creative Fabric

'creative Fabric'





Sehelai kain adalah sesuatu yang mempunyai ekspresi pada setiap helai_nya yang dapat di rasakan melaui texture ,warna ataupun motifnya.bagai sebuah karya seni,sehelai kain pun banyak mempunyai makna dan arti.
misalnya kain tradisional indonesia yang sangat beragam,tersebar di pelosok tanah air yang jumlah nya mencapai ratusan bahkan ribuan jenis dengan keunikan nya yang berbeda beda.

Ini menjadikan ku sebuah harapan besar untuk menciptakan sehelai kain yang mempunyai nilai histori tetapi dengan teknik pengerjaan modern.
Semakin sulitnya mendapatkan kain kain etnik yang mempunyai nilai seni tinggi dikarnakan prosesnya yg memerlukan waktu yang sangat lama,akhirnya terpikir bahwa untuk melestarikan_nya ada satu cara yang menurutku kita bisa melakukanya dengan cara lain yaitu 'creative Fabric'

Creative Fabric adalah sebuah terobosan baru utuk menciptakan sehelai kain yang biasanya bisa dihasilkan dengan banyak cara salah satunya adalah digital printing.
Digital printing pada permukaan tekstil adalah sebuah konsep yang relatif baru untuk memasuki industri percetakan. Dengan munculnya teknologi digital, termasuk print digital pada permukaan tekstil telah menjadi cara populer untuk menghemat waktu dan uang dalam industri percetakan.
Dengan berkarya mencitakan motif motif baru yang ter_inspirasi dari motif etnik tanah air aku berharap karya karya yang nanti nya di hasilkan bisa menambah aspirasi lebih besar lagi bagi pelestarian kain kain tradioanal indonesia.






Kali ini aku berhasil membuat 3 karya yang mengambil ide dari kain tenun sumba yang di buat lebih modern,mengabungkan tiga gradasi warna yang berbeda dalam selembar kain panjang 250cm dengan lebar 110cm diatas kain satin silk 100%.


No.1/tenun sumba on Silk/indigo
No.1/tenun sumba on Silk

Color: blue indigo
Lage : 250cm/110cm






No.2/tenun sumba on Silk/Green


No.2/tenun sumba on Silk
Color: green
Lage : 250cm/110cm





No.3/tenun sumba on Silk/Jingga


No.3/tenun sumba on Silk
Color: Jingga
Lage : 250cm/110cm


0 comments:

Post a Comment

Sehelai kain adalah sesuatu yang mempunyai ekspresi pada setiap helai_nya yang dapat di rasakan melaui texture ,warna ataupun motifnya.bagai sebuah karya seni,sehelai kain pun banyak mempunyai makna dan arti.
misalnya kain tradisional indonesia yang sangat beragam,tersebar di pelosok tanah air yang jumlah nya mencapai ratusan bahkan ribuan jenis dengan keunikan nya yang berbeda beda.

Ini menjadikan ku sebuah harapan besar untuk menciptakan sehelai kain yang mempunyai nilai histori tetapi dengan teknik pengerjaan modern.
Semakin sulitnya mendapatkan kain kain etnik yang mempunyai nilai seni tinggi dikarnakan prosesnya yg memerlukan waktu yang sangat lama,akhirnya terpikir bahwa untuk melestarikan_nya ada satu cara yang menurutku kita bisa melakukanya dengan cara lain yaitu 'creative Fabric'

Creative Fabric adalah sebuah terobosan baru utuk menciptakan sehelai kain yang biasanya bisa dihasilkan dengan banyak cara salah satunya adalah digital printing.
Digital printing pada permukaan tekstil adalah sebuah konsep yang relatif baru untuk memasuki industri percetakan. Dengan munculnya teknologi digital, termasuk print digital pada permukaan tekstil telah menjadi cara populer untuk menghemat waktu dan biaya dalam industri percetakan.
Dengan berkarya mencitakan motif motif baru yang ter_inspirasi dari motif etnik tanah air aku berharap karya karya yang nanti nya di hasilkan bisa menambah aspirasi lebih besar lagi bagi pelestarian kain kain tradioanal indonesia.



Motif Megamendung yang digunakan oleh masyarakat Cirebon sebagai motif dasar batik sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia pecinta batik, begitupula bagi masyarakat pecinta batik di luar negeri. Bukti ketenaran motif Megamendung berasal dari kota Cirebon pernah dijadikan sebagai cover sebuah buku batik terbitan luar negeri yang berjudul Batik Design karya Pepin Van Roojen bangsa Belanda.

Sejarah timbulnya motif Megamendung yang diadopsi oleh masyarakat Cirebon yang diambil dari berbagai macam buku dan literature selalu mengarah pada sejarah kedatangan bangsa China yang datang ke wilayah Cirebon. Tercatat dengan jelas dalam sejarah bahwa Sunan Gunungjati menikahi Ratu Ong Tien dari negeri China. Beberapa benda seni yang dibawa dari negeri China diantaranya adalah keramik, piring, kain yang berhiasan bentuk awan. Bentuk aan dalam beragam budaya melambangkan dunia atas bilamana diambil dari faham Taoisme. Bentuk awan merupakan gambaran dunia luas, bebas dan mempunyai makna transidental (Ketuhanan). Konsep mengenai awan ini juga berpengaruh pada dunia kesenirupaan Islam pada abad 16 yang digunakan oleh kaum Sufi untuk ungkapan dunia besar atau alam bebas.

Nilai-nilai dasar dalam Megamendung

Nilai-nilai dasar dalam seni apapun termasuk dalam seni batik motif megamendung bisa didekati dengan cara sbb:

a. Nilai Penampilan (appearance) atau nilai wujud yang melahirkan benda seni. Nilai ini terdiri dari nilai bentuk dan nilai struktur. Nilai bentuk yang bisa dilihat secara visual adalah motif megamendung dalam sebuah kain yang indah terlepas dari penggunaan bahan berupa kain katun atau kain sutera. Sementara dalam nilai struktur adalah dihasilkan dari bentuk-bentuk yang disusun begitu rupa berdasarkan nilai esensial. Bentuk-bentuk tersebut berupa garis-garis lengkung yang disusun beraturan dan tidak terputus saling bertemu.

b. Nilai Isi (Content) yang dapat terdiri atas nilai pengetahuan (kognisi), nilai rasa, intuisi atau bawah sadar manusia, nilai gagasan, dan nilai pesan atau nilai hidup (values) yang dapat terdiri dari atas moral, nilai sosial, nilai religi, dsb.

Pada bentuk Megamendung bisa kita lihat garis lengkung yang beraturan secara teratur dari bentuk garis lengkung yang paling dalam (mengecil) kemudian melebar keluar (membesar) menunjukkan gerak yang teratur harmonis. Bisa dikatakan bahwa garis lengkung yang beraturan ini membawa pesan moral dalam kehidupan manusia yang selalu berubah (naik dan turun) kemudian berkembang keluar untuk mencari jati diri (belajar/menjalani kehidupan sosial agama) dan pada akhirnya membawa dirinya memasuki dunia baru menuju kembali kedalam penyatuan diri setelah melalui pasang surut (naik dan turun) pada akhirnya kembali ke asalnya (sunnatullah). Sehingga bisa kita lihat bentuk megamendung selalu terbentuk dari lengkungan kecil yang bergerak membesar terus keluar dan pada akhirnya harus kembali lagi menjadi putaran kecil namun tidak boleh terputus. Terlepas dari makna filosofi bahwa Megamendung melambangkan kehidupan manusia secara utuh sehinga bentuknya harus menyatu. Dilihat dari sisi produksi memang mengharuskan kalau bentuk garis lengkung megamendung harus bertemu pada satu titik lengkung berikutnya agar pada saat pemberian warna pada proses yang bertahap (dari warna muda ke warna tua) bisa lebih memudahkan.

megamendung2Bilamana kita cermati, maka akan kita dapatkan bahwa bentuk Megamendung banyak sekali variasinya. Ada yang berbentuk lancip pada ujungnya dan ada yang berbentuk bulat tumpul pada ujungnya. Ada pula yang memiliki lekukan berbentuk menyudut pada bagian bentuk lengkungannya. Dengan sendirinya bagi pendesain batik pemula yang tidak terbiasa dengan proses membatik dan tidak mengerti makna filosofi Megamendung, bilamana menggambar Megamendung akan sedikit mengalami kesulitan serta kemungkinan akan terjadi kesalahan. Yang harus diperhatikan lagi adalah motif Megamendung hampir mirip dengan motif Wadasan. Akan tetapi tidak sama penempatannya dengan motif Wadasan (perlu dipelajari khusus pada kesempatan berikutnya).

c. Nilai Pengungkapan (presentation) yang dapat menunjukkan adanya nilai bakat pribadi seseorang, nilai ketrampilan, dan nilai medium yang dipakainya. Ungkapan yang ditampilkan oleh senimannya berupa proses batik yang begitu indah dengan memberikan goresan lilin lewat alat yang dinamakan canting terbuat dari bahan tembaga tipis yang dibentuk secara hati-hati sehingga lilin panas yang melewati ujung canting bisa mengalir dengan lancar. Paduan unsur warna yang harmonis dengan penuh makna bagi siapa yang melihatnya. Unsur warna biru yang kita kenal dengan melambangkan warna langit yang begitu luas, bersahabat dan tenang. Ditambah lagi dengan ada yang mengartikan bahwa biru melambangkan kesuburan sehinga warna batik Megamendung pada awalnya selalu memberikan unsur warna biru diselingi dengan warna dasar merah.

Perkembangan dunia batik yang semakin berkembang ditambah dengan permintaan batik yang demikian beragamnya, maka motif-motif Megamendung banyak dimodifikasi dengan pendekatan berbagai macam, sbb:


1. Bentuk Motif

Bentuk motif Megamendung pada saat sekarang sudah banyak berubah dan dimodifikasi sesuai dengan permintaan pasar diantaranya oleh komunitas perancang busana (fashion designer). Tidak dipungkiri bahwa kelompok perancang busana memberikan andil yang sangat besar bagi kemajuan dunia batik termasuk untuk mengangkat motif Megamendung. Motif Megamendung sudah dikombinasi dengan motif-motif bentuk hewan, bunga atau unsur motif lainnya. Sesungguhnya keberadaan motif Megamendung yang digabungkan dengan motif lain sudah ada sejak dahulu dan telah dibuat oleh seniman batik tradisional. Namun belakangan ini setelah diangkat secara total oleh perancang busana maka motif batik Megamendung semakin berkembang pesat.


2. Proses Produksi

Proses produksi batik Megamendung yang dahulunya dikerjakan secara batik tulis dan batik cap, sekarang dikembangkan pula dengan proses produksi sablon (print). Dengan demikian harga produksi bisa ditekan lebih murah. Walaupun kain bermotif Megamendung yang dibuat dengan proses sablon tidak bisa kita namakan batik, namun secara komersil motif Megamendung merupakan sasaran empuk bagi produsen tekstil yang bisa menghasilkan banyak keuntungan.


3. Bentuk Produksi

Wujud benda produksi pada masa sekarang ini yang mengenakan motif Megamendung tidak lagi dalam wujud kain batik. Motif Megamendung digunakan sebagai hiasan dinding lukisan kaca, pada produk interior berupa ukiran kayu, adapula yang dijadikan sebagai produk-produk sarung bantal, sprei, taplak meja (household) dan lain-lain.

Saya setuju dan sangat mendukung pendapat sekelompok pecinta batik yang menjadikan motif megamendung merupakan wujud karya yang sangat luhur dan penuh makna, sehingga penggunaan motif megamendung sebaiknya dijaga dengan baik dan ditempatkan sebagaimana mestinya. Kita sebagai masyarakat yang berkecimpung di dunia batik tidak membatasi bagaimana cara bentuk motif megamendung diproduksi, namun saya tidak setuju bilamana motif-motif megamendung dengan berbagai bentuk dijadikan barang produksi berupa pelapis sandal di hotel-hotel.

Perkembangan batik pada masa sekarang cukup menggembirakan, hal ini berdampak positif bagi produsen batik-batik di berbagai daerah. Permintaan batik tulis maupun batik cap sangat tinggi sekali, walaupun kebutuhan pasar batik tersebut sebagian sudah dipenuhi dengan tekstil bermotif batik yang diproduksi oleh perusahaan-perusahaan tekstil yang bermodal besar. Beberapa pengrajin batik menghendaki untuk pembayaran di muka agar produksinya bisa lancar dan pembeli akan segera menerima pesanan yang diminta, hal ini mengingatkan pada masa tahun 70-an dimana pada waktu itu batik juga mengalami permintaan yang cukup lumayan jumlahnya.

Perbedaan batik tulis dan batik cap bisa dilihat dari beberapa hal sbb:

Batik Tulis
  1. Dikerjakan dengan menggunakan canting yaitu alat yang terbuat dari tembaga yang dibentuk bisa menampung malam (lilin batik) dengan memiliki ujung berupa saluran/pipa kecil untuk keluarnya malam dalam membentuk gambar awal pada permukaan kain.
  2. Bentuk gambar/desain pada batik tulis tidak ada pengulangan yang jelas, sehingga gambar nampak bisa lebih luwes dengan ukuran garis motif yang relatif bisa lebih kecil dibandingkan dengan batik cap.
  3. Gambar batik tulis bisa dilihat pada kedua sisi kain nampak lebih rata (tembus bolak-balik) khusus bagi batik tulis yang halus.
  4. Warna dasar kain biasanya lebih muda dibandingkan dengan warna pada goresan motif (batik tulis putihan/tembokan).
  5. Setiap potongan gambar (ragam hias) yang diulang pada lembar kain biasanya tidak akan pernah sama bentuk dan ukurannya. Berbeda dengan batik cap yang kemungkinannya bisa sama persis antara gambar yang satu dengan gambar lainnya.
  6. Waktu yang dibutuhkan untuk pembuatan batik tulis relatif lebih lama (2 atau 3 kali lebih lama) dibandingkan dengan pembuatan batik cap. Pengerjaan batik tulis yang halus bisa memakan waktu 3 hingga 6 bulan lamanya.
  7. Alat kerja berupa canting harganya relatif lebih murah berkisar Rp. 10.000,- hingga Rp. 20.000,-/pcs.
  8. Harga jual batik tulis relatif lebih mahal, dikarenakan dari sisi kualitas biasanya lebih bagus, mewah dan unik.

Batik Cap

  1. Dikerjakan dengan menggunakan cap (alat yang terbuat dari tembaga yang dibentuk sesuai dengan gambar atau motif yang dikehendaki). Untuk pembuatan satu gagang cap batik dengan dimensi panjang dan lebar : 20 cm X 20 cm dibutuhkan waktu rata-rata 2 minggu.
  2. Bentuk gambar/desain pada batik cap selalu ada pengulangan yang jelas, sehingga gambar nampak berulang dengan bentuk yang sama, dengan ukuran garis motif relatif lebih besar dibandingkan dengan batik tulis.
  3. Gambar batik cap biasanya tidak tembus pada kedua sisi kain.
  4. Warna dasar kain biasanya lebih tua dibandingkan dengan warna pada goresan motifnya. Hal ini disebabkan batik cap tidak melakukan penutupan pada bagian dasar motif yang lebih rumit seperti halnya yang biasa dilakukan pada proses batik tulis. Korelasinya yaitu dengan mengejar harga jual yang lebih murah dan waktu produksi yang lebih cepat. Waktu yang dibutuhkan untuk sehelai kain batik cap berkisar 1 hingga 3 minggu.
  5. Untuk membuat batik cap yang beragam motif, maka diperlukan banyak cap. Sementara harga cap batik relatif lebih mahal dari canting. Untuk harga cap batik pada kondisi sekarang dengan ukuran 20 cm X 20 cm berkisar Rp. 350.000,- hingga Rp. 700.000,-/motif. Sehingga dari sisi modal awal batik cap relatif lebih mahal.
  6. Jangka waktu pemakaian cap batik dalam kondisi yang baik bisa mencapai 5 tahun hingga 10 tahun, dengan catatan tidak rusak. Pengulangan cap batik tembaga untuk pemakainnya hampir tidak terbatas.
  7. Harga jual batik cap relatif lebih murah dibandingkan dengan batik tulis, dikarenakan biasanya jumlahnya banyak dan miliki kesamaan satu dan lainnya tidak unik, tidak istimewa dan kurang eksklusif.
Disamping adanya perbedaan dari sisi visual antara batik tulis dan batik cap, namun dari sisi produksi ada beberapa kesamaan yang harus dilalui dalam pengerjaan keduanya. Diantaranya adalah sbb:
  • Keduanya sama-sama bisa dikatakan kain batik, dikarenakan dikerjakan dengan menggunakan bahan lilin sebagai media perintang warna.
  • Dikerjakan hampir oleh tangan manusia untuk membuat gambar dan proses pengerjaan buka tutup warnanya.
  • Bahan yang digunakannya juga sama berupa bahan dasar kain yang berwarna putih, dan tidak harus dibedakan jenis bahan dasar benangnya (katun atau sutra) atau bentuk tenunannya.
  • Penggunaan bahan-bahan pewarna serta memproses warnanya sama, tidak ada perbedaan anatara batik tulis dan batik cap.
  • Cara menentukan lay-out atau patron dan juga bentuk-bentuk motif boleh sama diantara keduanya. Sehingga ketika keduanya dijahit untuk dibuat busana tidak ada perbedaan bagi perancang busana atau penjahitnya. Yang membedakan hanya kualitas gambarnya saja.
  • Cara merawat kain batik (menyimpan, menyuci dan menggunakannya) sama sekali tidak ada perbedaan.
  • Untuk membuat keduanya diperlukan gambar awal atau sket dasar untuk memudahkan dan mengetahui bentuk motif yang akan terjadi.
Semoga bagi konsumen pecinta batik tidak akan merasa tertipu lagi dan bisa mengenal lebih jauh perbedaan antara batik tulis dan batik cap. Selamat berbelanja dan bravo batik Indonesia.
Berulangkali disetiap berlangsungnya pameran batik di Jakarta maupun di kota lain seringkali pembeli menanyakan kepada saya, “Apa sih keunggulan batik Trusmi atau batik Cirebonan dibanding dengan batik-batik yang berasal dari daerah lain?” Jawaban dari saya kurang lebih sebagai berikut: Menurut pendapat saya bahwa pada dasarnya batik-batik yang dihasilkan oleh sentra-sentra kerajinan batik dari berbagai daerah pada umumnya sangat bagus sekali serta memiliki corak motif yang sangat beragam dan khas serta tidak bisa dikatakan batik yang satu lebih baik dari dari daerah lainnya.

Keunikan motif serta corak yang dihasilkan dari batik-batik berbagai daerah merupakan kekuatan yang sangat luar biasa, khususnya bagi kekayaan batik Indonesia. Belum ada di negara manapun yang memiliki kekayaan desain motif batik seperti yang di miliki oleh bangsa Indonesia.

Bilamana kita ingin melihat banyaknya kekayaan desain motif batik Indonesia contoh yang paling sederhana bisa dilihat di wilayah Jawa Barat saja. Walaupun masih dalam satu propinsi dan kultur budaya yang sama, tiap-tiap daerah seperti Cirebon dengan Indramayu sudah memiliki karakter dan desain motif yang berbeda. Antara Cirebon dan Garut juga memiliki perbedaan yang sangat jauh sekali dan sangat signifikan perbedaannya.

Secara umum batik Cirebon termasuk kedalam kelompok batik Pesisiran. Namun juga sebagian batik Cirebon termasuk dalam kelompok batik Keraton. Hal ini karena di Cirebon memiliki dua buah keraton yaitu Keratonan Kasepuhan dan Keraton Kanoman, yang konon berdasarkan sejarah dari dua keraton ini muncul beberapa desain batik Cirebon Klasik seperti motif Mega Mendung, Paksinaga Liman, Patran Keris, Singa Payung, Singa Barong, Banjar Balong, Ayam Alas dan lain-lain.

Beberapa hal penting yang bisa dijadikan keunggulan (ciri khas) batik Cirebon dibandingkan dengan produksi batik dari daerah lain adalah sebagai berikut

1. Batik Cirebonan untuk desain-desain klasik tradisional biasanya selalu mengikut sertakan motif wadasan (batu cadas) pada bagian motif tertentu. Disamping itu ada unsur ragam hias berbentuk awan (mega) pada bagian-bagian yang disesuaikan dengan motif utamanya.

2. Batik Cirebonan tradisional/klasik selalu bercirikan dengan latar belakang (dasar kain) berwarna lebih muda dibandingkan dengan warna garis motif utamanya

3. Bagian latar/dasar kain biasanya bersih dari noda hitam atau warna-warna yang tidak dikehendaki akibat penggunaan lilin yang pecah sehingga pada proses pewarnaan mengakibatkan zat warna yang tidak dikehendaki menempel pada kain.

4. Garis-garis motif pada batik Cirebonan menggunakan garis tunggal dan tipis (kecil) kurang lebih 0,5 mm dengan warna garis yang lebih tua dibandingkan dengan warna latarnya. Hal ini dikarenakan secara proses batik Cirebon unggul dalam penutupan (blocking area) dengan menggunakan canting khusus (canting tembok dan bleber).

5. Warna-warna batik Cirebonan klasik biasanya dominan warna kuning, hitam (sogan gosok) dan warna dasar krem, sebagian lagi berwarna merah tua, biru, hitam dengan dasar warna kain krem atau putih gading.

Kelima ciri tersebut merupakan hal teknis keunggulan dari batik Cirebonan klasik/tradisional.

Lain halnya dengan kelompok batik Cirebonan yang termasuk kelompok batik Pesisiran. Karakter batik Cirebonan Pesisiran dipengaruhi oleh sebagaimana karakter penduduk masyarakat pesisiran yang pada umumnya memiliki jiwa terbuka dan mudah menerima pengaruh asing. Daerah sekitar pelabuhan biasanya banyak orang asing singgah, berlabuh hingga terjadi perkawinan lain etnis (asimilasi) maka batik Cirebonan Pesisiran lebih cenderung menerima pengaruh dari luar.

Batik Cirebon lebih cenderung memenuhi atau mengikuti selera konsumen dari berbagai daerah (lebih kepada pemenuhan komoditas perdagangan dan komersialitas), sehingga warna-warna batik Cirebonan Pesisiran lebih atraktif dengan menggunakan banyak warna.

Produksi batik Cirebonan pada masa sekarang terdiri dari batik Tulis, batik Cap dan batik kombinasi tulis cap. Pada tahun 1990 – 2000 ada sebagian masyarakat pengrajin batik Cirebonan yang memproduksi kain bermotif batik Cirebon dengan teknik sablon tangan (hand printing), namun belakangan ini teknik sablon tangan hampir punah, dikarenakan kalah segalanya oleh teknik sablon mesin yang dimiliki oleh perusahaan-perusahaan yang lebih besar.

Daerah penghasil produksi dan pengrajin batik Cirebonan terdapat di 5 wilayah desa yang berbeda, tepatnya daerah-daerah yang ada di sekitar desa Trusmi (pusat batik Cirebonan). Desa-desa yang berada di sekitar desa Trusmi diantaranya desa Gamel, Kaliwulu, Wotgali, Kalitengah dan Panembahan. Pertumbuhan batik Trusmi nampak bergerak dengan cepat mulai tahun 2000, hal ini bisa dilihat dari banyaknya bermunculan showroom-showroom batik yang berada di sekitar jalan utama desa Trusmi dan Panembahan. Pemilik showroom batik Trusmi hampir seluruhnya dimiliki oleh masyarakat Trusmi asli walaupun ada satu atau dua saja yang dimiliki oleh pemilik modal dari luar Trusmi.


Batik Indonesia, sebagai keseluruhan teknik, teknologi, serta pengembangan motif dan budaya yang terkait, oleh UNESCO telah ditetapkan sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi (Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity) sejak 2 Oktober, 2009.


Maaf, halaman yang Anda cari di blog ini tidak ada.
Maaf, halaman yang Anda cari di blog ini tidak ada.